Pada zaman dahulu kala ada seorang putri Bupati Nganjuk yang bernama Nyai Rantamsari. Beliau terkenal sangat cantik dan sakti mandraguna.
Pada suatu hari beliau berkelana menyusuri Desa Sabrang bersama para pengawal diantaranya bernama Raden Bagus Glidhik dan Raden Bagus Gadungsari. Beliau mengendarai kereta kuda yang berwarna coklat seperti tanah basah dan memakai ikat kepala yaitu Gadung Melati.
Di tengah perjalanan yang jauh Nyai Rantamsari mencari tempat persinggahan untuk sementara waktu. Tempat persinggahan yangb dipilihnya adalah “KESAMBI” di bawah pohon besar. Kesambi tersebut terletak di sebelah utara jalan raya dan berada di antara sungai besar dan sungai kecil.
Semenjak kedatangan Nyai Rantamsari ke Desa Sabrang tersebut menjadi Desa yang “Berbahaya”. Disebut berbahaya karena, bagi siapa yang melewati Kesambi dengan memakai pakaian berwarna sama, akan meninggal dunia atau hanya kesambet. Dan jika ada orang yang membangun rumah dengan menebang pohon bambu di sekitar kesambi, maka bambu yang berdiri sebagai tiang rumah tersebut akan terus menerus berbunyi seperti terkena angin kencang. Mungkin itu artinya Nyai Rantamsari tidak menginginkan pepohonan atau bambu yang menjadi penyeimbang struktur alam di sekitar tempat persinggahannya rusak dan dapat menyebabkan bencana banjir jika peringatan itu dilanggar. Dengan begitu semua warga desa tersebut menjadi takut dan sangat berhati-hati untuk tidak melanggar mitos tersebut. Beberapa bulan kemudian Nyai Rantamsari melanjutkan perjalanan berkelana ke desa yang lain.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, warga setempat menyelenggarakan syukuran di Kesambi. Syukuran tersebut dilaksanakan setiap bulan Syura dan Muharram serta akan terus dilestarikan secara turun temurun, sesuai dengan awal kedatangan Nyai Rantamsari. Dalam syukuran tersebut, menyediakan makanan khas yaitu sayur tahu tempe yang diolah dengan bumbu syura. Makna dari acara tersebut sebagai tolak balak supaya Desa Sabrang terhindar dari marabahaya.
Dengan demikian desa tersebut terkenal dengan sebutan DESA BAYAN yang berasal dari kata “MBEBAYANI” yang artinya MEMBAHAYAKAN. Sampai sekarang Desa Bayan menjadi Desa yang aman, tentram, damai, gemah ripah loh jinawi dan kerta raharja.
Demikian selanyang pandang atau sejarah singkat Desa Bayan yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, terima kasih.